Agustus! Merupakan bulan yang sangat membahagiakan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dimana kemerdekaan telah sah kita miliki. Menjelang akhir bulan Agustus, gw pengen ngajak lu semua buat mikir. Apa sih arti kemerdekaan itu sendiri buat lu atau buat bangsa ini. Gw nulis ini bukan berarti gw sudah paham tentang makna kemerdekaan, bukan jadi sosok yang sok tau tentang kemerdekaan. Sebagai manusia, gw masih nyari apa itu kemerdekaan untuk pribadi gw sendiri.
Balik ke fokus utama, yaitu kemerdekaan NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Kalo disempitkan kemerdekaan RI dapat dikatakan kita sudah lepas dari penjajahan kolonial. Sedangkan arti luasnya mungkin dapat diartikan lu merdeka se merdekanya. Banyak yang bilang, penjajahan yang terjadi sekarang ini bukan dari bangsa luar, melainkan bangsa Indonesia sendiri telah terang-terangan melakukan penjajahan terhadap kaumnya. Wih, serem banget dong. Gw teringat dengan kata-kata Bung Karno yang kurang lebih sebagai berikut:
" Pada Jumat pagi 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan saya baca di depan ratusan rakyat Indonesia yang sejak pagi telah berkumpul di halaman rumah saya, Pegangsaan Timur No 56 Djakarta. Maka esoknya, mulailah Revolusi Indonesia..."
Revolusi yang dimaksud bisa macem-macem, tergantung baik buruknya pikiran tiap individu. Simpelnya sih, kita sendiri yang nentuin mau baik atau buruknya buat ni negara. Simpelnya ga usah terlalu banyak gembar gembor semua demi rakyat Indonesia, berkaca aja dulu. Kalo ga ada kaca dirumah, bisa pergi ke supermarket buat ngaca bentar aja. Ga usah ngomong "ga nasionalis lu" dan macam-macam kalimat yang nandaiin kalo lu lebih nasionalis dari orang lain. Para pejuang kemerdekaan aja ga pernah ngomong kaya gitu disaat ada salah satu dari mereka menjadi penghianat.
17 Agustus 2013, gw cuman bisa ketawa sinis, sinis banget malahan. Banyak stasiun televisi berpendapat "minat masyarakat untuk mengisi kemerdekaan Indonesia berkurang" Ini lucu, lucu banget! Apa besar kecilnya minta seseorang untuk mengikuti lomba pada 17 Agustus dapat di jadikan tolak ukur semangat? Kalau memang iya, kenapa ga diadaiin lomba di tiap tanggal 17 aja? Kenapa setiap hari yang diterima oleh anak-anak Indonesia acara-acara yang sama sekali ga ada pembahasan terhadap sejarah Indonesia, terutama detik-detik menjelang kemerdekaan? Kenapa acara tentang sejarah detik-detik kemerdekaan sering ditayangkan pada tanggal 17 saja? Kalau saya memang salah dengan pendapat saya, koreksilah.
Balik ke jaman sekolah, gw tersadar saat ini bahwa pelajaran sejarah yang membahas "revolusi industri" lebih dibahas secara detail dibandingkan dengan "kemerdekaan Indonesia" Nah lo! Lucu kan? Hahahaha... Jadi, harus kami (anak muda) kah yang selalu di jadikan objek ? Ketika anda bertanya kepada seorang anak sd "Ade tau coboy junior?" sang anak menjawab "Tau dong ka, ak ngefans berat. Ak hafal semua lagunya" "kalau lagu Indonesia raya hafal de?" Sang adik menjawab "Engga ka" Simpel tapi dalem buat kemerdekaan Indonesia.
Jadi, semua ada ditangan kalian. Terima atau tidak terima, seironis apapun makna kemerdekaan Republik Indonesia saat ini, Indonesia tetaplah Indonesia. Perjuangan dari Sabang sampai Marauke yang ada sekarang adalah karena kemerdekaan. Kita bisa memaknainya dengan banyak cara. Terserah kalian.
Balik ke fokus utama, yaitu kemerdekaan NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Kalo disempitkan kemerdekaan RI dapat dikatakan kita sudah lepas dari penjajahan kolonial. Sedangkan arti luasnya mungkin dapat diartikan lu merdeka se merdekanya. Banyak yang bilang, penjajahan yang terjadi sekarang ini bukan dari bangsa luar, melainkan bangsa Indonesia sendiri telah terang-terangan melakukan penjajahan terhadap kaumnya. Wih, serem banget dong. Gw teringat dengan kata-kata Bung Karno yang kurang lebih sebagai berikut:
" Pada Jumat pagi 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan saya baca di depan ratusan rakyat Indonesia yang sejak pagi telah berkumpul di halaman rumah saya, Pegangsaan Timur No 56 Djakarta. Maka esoknya, mulailah Revolusi Indonesia..."
Revolusi yang dimaksud bisa macem-macem, tergantung baik buruknya pikiran tiap individu. Simpelnya sih, kita sendiri yang nentuin mau baik atau buruknya buat ni negara. Simpelnya ga usah terlalu banyak gembar gembor semua demi rakyat Indonesia, berkaca aja dulu. Kalo ga ada kaca dirumah, bisa pergi ke supermarket buat ngaca bentar aja. Ga usah ngomong "ga nasionalis lu" dan macam-macam kalimat yang nandaiin kalo lu lebih nasionalis dari orang lain. Para pejuang kemerdekaan aja ga pernah ngomong kaya gitu disaat ada salah satu dari mereka menjadi penghianat.
17 Agustus 2013, gw cuman bisa ketawa sinis, sinis banget malahan. Banyak stasiun televisi berpendapat "minat masyarakat untuk mengisi kemerdekaan Indonesia berkurang" Ini lucu, lucu banget! Apa besar kecilnya minta seseorang untuk mengikuti lomba pada 17 Agustus dapat di jadikan tolak ukur semangat? Kalau memang iya, kenapa ga diadaiin lomba di tiap tanggal 17 aja? Kenapa setiap hari yang diterima oleh anak-anak Indonesia acara-acara yang sama sekali ga ada pembahasan terhadap sejarah Indonesia, terutama detik-detik menjelang kemerdekaan? Kenapa acara tentang sejarah detik-detik kemerdekaan sering ditayangkan pada tanggal 17 saja? Kalau saya memang salah dengan pendapat saya, koreksilah.
Balik ke jaman sekolah, gw tersadar saat ini bahwa pelajaran sejarah yang membahas "revolusi industri" lebih dibahas secara detail dibandingkan dengan "kemerdekaan Indonesia" Nah lo! Lucu kan? Hahahaha... Jadi, harus kami (anak muda) kah yang selalu di jadikan objek ? Ketika anda bertanya kepada seorang anak sd "Ade tau coboy junior?" sang anak menjawab "Tau dong ka, ak ngefans berat. Ak hafal semua lagunya" "kalau lagu Indonesia raya hafal de?" Sang adik menjawab "Engga ka" Simpel tapi dalem buat kemerdekaan Indonesia.
Jadi, semua ada ditangan kalian. Terima atau tidak terima, seironis apapun makna kemerdekaan Republik Indonesia saat ini, Indonesia tetaplah Indonesia. Perjuangan dari Sabang sampai Marauke yang ada sekarang adalah karena kemerdekaan. Kita bisa memaknainya dengan banyak cara. Terserah kalian.
"Atas Nama Bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta"
0 komentar:
Post a Comment