Wednesday 13 April 2016

Being A Cave Man

Enjoy the beauty from different perspective
Caving, istilah ini dipakai untuk kegiatan mengexplore gua. Di Indonesia, caving masih dikategorikan sebagai wisata minat khusus. Kenapa? Karena terbatasnya tenaga ahli yang membidangi ilmu kegua-an dan masih terjebak dengan pertanyaan seputar emm ada apa ya disana? ga terang dan pandangan2 lain yang terlihat sempit. 

Kali ini, gw mau coba bahas tentang keseruan menjelajah goa vertikal di buni ayu, Sukabumi. Kenapa goa vertikal? Karena pada saat kita masuk goa, kita harus turun dengan seutas tali dari atas ke bawah dan sebab itulah disebut goa vertikal. 15 meter adalah jarak untuk sampe ke bawah dan hidup lu bergantung dari seutas tali bray haha.

15 meter adalah pijakan awal, treknya sendiri sih kata kang ade (guide) bakal naik turun. Biasanya mdpl (meter diatas permukaan laut) dan sekarang nyobaiin mdpt (meter di bawah permukaan tanah). 

Biasanya Goa identik dengan stalaktit, stalakmit, dan kelelawar, tapi asli deh ternyata ga cuman itu. Di balik gelapnya, Goa juga menyimpan banyak keunikan dan keindahan. Ternyata di dalam Goa itu ada Udang dan ikan yang bisa hidup, pahatan-pahatan bukan karya manusia yang masih hidup dan masih bisa berkembang, serta bisa menciptakan air terjun sendiri. WOW! 

Oia, masuk ke dalam Goa Vertikal harus pake baju yang disediakan oleh Tim BuniAyu Cave, bajunya model-model Naruto gitu. Pengalaman gw tentang baju ini adalah ketika gw sama temen2 di dalam Goa dan ngantri buat turun di medan yang terbilang sulit banget. Karena turunnya cuman bermodal punggung yang nempel di batuan dan kaki bertumpu di batuan juga modelnya kaya lutut ketempel di dada. 3 orang dari termasuk gw udh ga kuat buat kencing, bajunya tu ribet banget buat dibuka. Karena arogansi saluran kemih gw yang ga bisa kompromi, akhirnya gw pipis aja. Untungnya gw pipis dideket aliran air yang menuju tempat tujuan gw. Bagi temen2 gw yang udah turun, gw cuman mau bilang maaf, gw kebelet.

Selama menyusuri Goa, ngerasa aman banget dari masalah dahaga sampai perut. Karena Kang Ade dan rekan selalu sedia beng2 dan aqua botol. Service excellent banget deh. Jarak 1,2 KM ga murni disikat gitu aja, terhitung gw sama temen-temen berenti 3x buat istirahat. Istirahatnya juga berasa bener2 kaya di rest area, gw sama temen2 nyobaiin ngopi di dalam Goa, yang mana lagi2 Kang Ade dan rekan udah nyediaiin peralatanya. sekali lagi, service excellent banget! 

Dalam perjalanan, gw sama temen2 gw sempet ketemu sama ular. Asiiik (padahal panik), tapi sayang seribu sayang Kata Kang Ade, tu ular bakal cepet mati karena itu ular masuk Goa kebawa sama arus air dari luar. 

Dari 1,2 KM, rute paling berat adalah rute terakhir yaitu menuju pintu keluar. Karena medannya bukan lagi batuan atau air, tapi lumpur. Mau ga mau gw sama temen2 gw harus ngerangkak. Penuh perjuagan banget buat sampai ke pintu keluar. Dari ubun2 sampai jari kaki berasa pengen lepas semua. But, lagi2 semuanya kebayar, dengan apa? Pocari Sweat dingin yang udh tersedia di pintu keluar, KANEEE!

Dibalik trip Caving ini, hal yang sangat gw syukuri adalah bisa ketemu sama orang hebat namanya Pak Ferry, salah satu Chief master dalam bidang ilmu speleologi (ilmu yang mempelajari Goa), yang mana bidang ilmu ini ga banyak dilirik dan yang berstatus "Chief" ga lebih dari 20. Ngobrol serunya tu mulai dari gimana ilmunya sendiri sampai asal usul buniayu bisa dijadikan tempat wisata. Goa itu sebelum dinyatakan layak untuk dikunjungi, perlu adanya ekspedisi mendalam bisa seminggu atau lebih tergantung kompleksitas Goa itu sendiri. Beliau juga menyatakan ingin menjadikan wisata caving bisa jadi favorit kaya wisata pantai atau gunung, Me Too Sir.

Mungkin segitu aja kali ya yang enak diceritaiin, ada baiknya langsung nyobaiin.
Cobaiin Caving di Buniayu Cave Sukabumi, dijamin bakal makin bersyukur dalam hidup deh. Informasi lebih lengkap ada di www.buniayucave.com

JANGAN PERNAH MENGINJAK/MEMEGANG STALAKTIT DAN STALAKMIT
YANG MASIH HIDUP, KARENA APABILA KALIAN MELAKUKAN ITU
NYAWA MEREKA AKAN RUSAK DAN BERUJUNG PADA KEMATIAN



"Kill Nothing But Time,
Take Nothing But Picture,
Leave Nothing But Foot Prints"

"Ngetrip itu bukan cuman ngebentuk kepribadian lu,
tapi juga harus ngebentuk perspektif lu dalam berpandangan"

Aldair, 2014
  






Sunday 10 April 2016

KAKABAN

Setelah sekian lama ga nulis, akhirnya hari ini gw bertekat buat nulis lagi. Ga mau yang tertata rapi temanya, yang penting konsisten tulisannya. Ok, gw bakal bahas trip gw yang terjadi pada tahun 2014 yaitu Kakaban. Kakaban merupakan salah satu pulau dari Kepulauan Derawan, Kalimantan Utara. Kenapa gw tulis ini duluan? karena gw jatuh hati banget sama ini tempat. Bisa berenang sama jellyfish yang ga bakal nyengat lu sama sekali itu rasanya kaya lu bisa nyium siku lu sendiri.

Kakaban adalah alasan pertama kenapa gw mau main ke Derawan, pulau tengah laut yang tengah2nya ada danau yang dihuni sama stingless jellyfish dan rasa airnya tawar, uuuh yummy. 

Menurut kabar yang beredar, di Kakaban ada 4 jenis jellyfish dan alhamdulillah gw nemu 2 jenis, yang pertama jenis kuning2 oren yang paling banyak sama yang transparan. Tekstur jellyfish itu kenyel dan sedikit berlendir. Kalau gw berpendapat sih, mereka ini adalah nenek moyangnya nutrijell.

Kalau punya kesempatan kesini, harus bisa jaga lingkungan mereka biar bisa dinikmatin sama anak cucu nanti. Adapun aturan mainnya adalah (1) Kalau berenang jangan pake sunblock, karena itu zat kimia yang bisa buat mereka sesak napas (2) jangan melompat langsung ke danau, lebih baik turun pelan2, karena mereka mudah hancur (3) bersyukur!

Air laut yang mengeliingi pulau kakaban juga bisa dibilang luar biasa, dengan mengenakan kostum berwarna bening, pesonanya membuat mata berbinar binar. 



Yuk berangkat, karena ibu pertiwi selalu ramah dan tak akan pernah mengecewakan
"Salam Kane"

Saturday 15 November 2014

Thursday 11 September 2014

You Are More Than A City

Photo by Zendi

Awalnya cuman minta izin repath, eh malah keterusan sampe jadi ini tulisan random. Semarang, kota? Bukan! Menurut gw Semarang itu rumah yang udah nuntun gw jadi kaya gini, apa-apa KANE, dikit-dikit KANE. Menuntut ilmu disini cuman jadi alibi semata aja buat belajar yang namanya hidup, ga hidup yang serius-serius banget sih. Hehehe, tapi mau ga mau ya kita harus bertanggung jawab sama alibi yang kita buat.

Jadi, Semarang itu:
1.  Kota tumbuh dan berkembang.
2.  Tak ada hari tanpa ketawa.
3.  Tempat awal jadi orang yang muter-muter Indonesia sampai bisa nyambangi benua biru.
4.  Kota penuh drama.
5.  Kota 1000 Gebetan 0 Pacar 1 Istri.
6.  Kota para relawan sticker.
7.  Kota tempat bertemunya orang-orang KANE dan telah menjadi sebuah keluarga `SS`
8.  Forget your exam, lets play truth or dare.
9.  Kota yang menegaskan "baik aja ga cukup" dan "bakar ayam aja ga cukup, minimal kambing"
10.Dari Tegal Sari no. 3 gang 3 Rotterdam 3 menuju tak terbatas.


Terima Kasih Semarang 

Sunday 7 September 2014

Pampang


Tak kenal maka tak sayang. Ya, kalo gw sih tetep sayang walaupun ga kenal. Hehe
Hari pertama trip di borneo, gw berkunjung ke Pampang. Sebuah desa wisata yang bisa liat suku dayak secara langsung. Dari yang telinga panjang sampai bocah-bocah antagonis pun ada disini.
Suku dayak di Pampang sangat berbeda jauh dengan suku dayak Punan. Simpelnya punan masih sangat primitif, sedangkan Pampang sudah mengenal uang dengan baik.


"Satu kali foto, 25 ribu" Oh, oke gpp. Menurut gw ga terlalu masalah, jarang-jarang juga bisa foto bareng. Setelah foto, gw masuk ke dalam rumah panjang khas suku dayak. Ternyata bakal ada tarian nyelamasakai (tarian selamat datang) dan ade gw bakal ikutan nari juga. Kane buat disimak. Ett, jangan ke kane-an dulu. Anda masih perlu membayar untuk sekedar tarian dan foto bersama penarinya. Oh, oke gpp. Menurut gw ga terlalu masalah jarang-jarang juga bisa liat dan foto bareng.

Untuk yang ketiga kalinya, ada lagi biaya yang harus dikeluarkan. Yaitu masing-masing penari minta bayaran juga. Walaupun para penari masih kecil-kecil, tapi mereka nagih duit udah kaya nodong plus ditambah ngambek-ngambek khas anak kecil gitu. Lebih mirisnya lagi, mereka berani berontak sama orangtua yang menjadi tamu disana. Emm, gw ga tau pergaulan di Pampang kaya gimana, sampe-sampe mereka bisa kaya gitu. Sempet terjadi sewot-sewotan antara penari dan bapak-bapak, kira gw bakal diudahin aja dengan gratis semuanya. Tapi ternyata engga, memang semuanya udah kelar dan gw pengen balik tapi seorang bapak berkata sama gw "maafkan ketidanyamanannya pak, 25ribu aja untuk kebersihan"

They are wearing culture to .................  Emm isi sendiri aja deh.

Backpacker Point:

1. Gw seneng bisa berkunjung buat ngeliat suku dayak. Sekalian liat mereka walaupun cuman dikit, such as setiap tato yang memiliki makna, topeng hudog yang harganya sama dengan android, para ksatria yang tidak menampilkan tarian mereka dengan berbagai alasan.

2. Gw seneng bisa mengenal kebudayaan gw sendiri, semakin banyak berkunjung semakin cinta sama ibu pertiwi.

3. Sudah kewajaran menurut gw minta bayaran. Namanya juga desa wisata, tapi kenapa berasa seperti ditodong. Inilah yang gw takutin dari kehilangan identitas. Kalo setiap saat selalu terjadi hal seperti yang gw alami, siapa lagi yang akan melihat kebudayaan bangsa sendiri. Uang bukan masalah, attitude lah yang menjadi garis besar masalah tersebut. Positifnya, semoga setiap uang yang diberikan oleh pengunjung dimanfaatkan sebagai keberlangsungan desa wisata ini.



Salam Kane
Aldair

The Way To Kambas


Pertama kali yang terlintas tentang Way Kambas itu adalah gajah. Tapi ternyata ga cuman gajah lho, Way kambas juga dijadikan tempat konservasi untuk badak sumatra. Untuk ngeliat badak sumatra ga bakal semudah ngeliat gajah, karena bukan tempat untuk umum. Jadi apa bisa ngeliat badak? jawabannya bisa! Cara pertama, klo lu seorang peneliti yang memang ada hubungannya dengan badak, lu bisa masuk kawasan "rhino residence", cara yang kedua, gunakan link dari orangtua.

Kunjungan gw ke Way Kambas kali ini menggunakan cara yang kedua, hahahaha. Kebetulan temen bokap gw adalah peneliti, yang suami (om Eeng) emang peneliti badak dan istri (tante Erma) berkerja di C4. Mereka berdua dan anak perempuannya Sania pengen liburan ke Way Kambas, nah jadi gw tinggal mikirin cara pergi ke sana. KANE!

Saturday 2 November 2013

Taman Nasional Kutai


Ceritanya
Dalam rangka mengisi liburan setelah idul fitri, gw berencana pergi ke Taman Nasional Kutai. Untuk apa? Pertama, untuk melengkapi koleksi Taman Nasional. Kedua, gw pengen liat orangutan di habitat asli mereka secara liar. Kenapa Taman Nasional Kutai? Karena berada di provinsi yang sama dengan gw yaitu Kalimantan Timur. Cukup dengan perjalanan 5-6 jam dengan bis. Jangan berharap di Taman Nasional Kutai akan seperti Taman Nasional Tanjung Puting, karena di Kutai orangutan bener-bener liar, beda banget sama Tanjung Puting yang difokuskan untuk pusat rehabilitasi orangutan. Berada di kota Sangatta, kota yang terkenal dengan tambang batu baranya yang melimpah dan mayoritas dimiliki oleh orang yang bertanggung jawab dengan indahnya danau lumpur di Sidoarjo. Dalam perjalanan kali ini, gw melakukannya sendirian. Ini jadi pengalaman pertama buat gw, dari awal sampai akhir gw sendirian. Apa bakal menarik atau malah jadi aneh karena gw sendirian? Berikut beritanya...